“Mi, dompetnya taruh di tas saja, nanti jatuh” kata suami mengingatkan sesaat sebelum Aku membonceng motornya
“Sakunya panjang kok Bi, gak pa-pa” Jawabku merasa yakin kalo dompetku akan aman di saku jaket yang memang muat dimasuki dompet sebesar plat nomer kendaraan itu
Lalu suamiku memacu motornya memecah keheningan malam. Baru jam 9, tapi daerah kampung Ibu memang sudah mulai sepi sekalipun masih belum menjelang tengah malam.
Suamiku memacu motornya melewati gang-gang sempit yang hampir tak ada keramaian, selain penjual nasi goreng dengan beberapa pembeli di salah satu sudut gang.
Kupegang erat pinggang suamiku untuk sedikit menghangatkan tubuhku yang tersapu dinginnya angin malam. Dan pada belokan gang berikutnya, iseng kurogoh saku jaketku untuk memastikan bahwa dompetku aman-aman saja. Dan DEG! Kemana gerangan benda persegi hitam itu?
“Bi,bi .. brenti bentar, kayaknya dompet Ummi jatuh deh” seketika suamiku menghentikan motornya dan melongok ke sekeliling, berharap dompet itu masih ada di sekitar
“Gak ada Mi?” tanyanya memastikan aku sudah mencarinya di sepanjang jalan yang kulewati. Aku menggelengkan kepala
“Gak ada, padahal baru 5 menit jalan, dompetnya gede lagi, di jalan juga gak ada orang, kok udah gak ada ya Bi” kataku sambil sedikit merengut
Akhirnya aku dan suami kembali menyusuri jalan sepanjang yang sudah terlewati. Melihat hampir di setiap sudutnya, bahkan di selokan yang mengelilinginya. Pencarian kami pun diulangi hingga tiga kali dan dibantu keluarga dan tetangga dekat. Tapi tetap saja, dompet itu tak juga tampak wujudnya.
“Ya sudah Bi, udah malem, kita pulang saja, sapa tahu nanti ada yang nemuin” kataku pasrah.
Sampai di rumah, aku masih memikirkan nasib dompet itu. Bukan karena isinya yang memang tak seberapa, karena hanya satu bendel 5000an yang sedianya akan kubagikan pada beberapa ponakan serta beberapa kartu identitas saja, tapi rasa penasaran mengapa bisa raib secepat itu?
Bayangkan, hanya sekitar 5 menit, ya 5 menit saja, benda itu sudah raib tak berbekas. Kami langsung mencarinya karena kupikir dompet itu berukuran sangat besar, sehingga kalo jatuhpun pasti bunyi dan mudah terlihat, lagipula jalanan dan selokan di sekeliling cukup bersih, sehingga kalo jatuhpun akan mudah dicari.
Ditambah lagi saat kami lewati hampir tak ada orang di sekeliling, kecuali penjual nasi goreng dan beberapa pembeli yang mangkalnya pun agak mojok dan agak cukup jauh dari berlalunya kendaraan kami.
“Gak apa-apa Mi, kalo masih rizkinya pasti balik lagi. Isinya gak banyak kan?” Suamiku menenangkanku yang sedari tadi seperti menangkap kegelisahanku
“Iya Bi, Ummi gak nyeselin ilangnya kok, tapi nyesel karena tadi gak dengerin kata-kata Abi, coba kalo Ummi nurut sama pesen Abi, pasti gak akan seperti ini” sesalku. Suamikupun tersenyum
“Itu salah satu pelajaran berharga buat Ummi, Ummi harus tahu bahwa apapun yang Abi pesankan untuk Ummi pasti karena Abi sayang sama Ummi, dan kalo Ummi patuh itu kebaikan untuk Ummi sendiri, iya kan?” Sahutnya, bijak seperti biasa
“Iya, Alhamdulillah yang ilang gak seberapa, semoga yang nemu bener-bener orang yang butuh ya Bi, dan Ummi ikhlas kok, insyaAllah …” lalu kataku …
“Dan Ummi gak lagi-lagi nyepelein pesen Abi, makasih ya Bi” lalu kamipun tersenyum, karena mendapatkan pelajaran yang indah malam ini.
~~~~
... Dan untuk para muslimah dimanapun berada, percayalah bahwa Allah mensyariatkan laki-laki sebagai qowwam itu karena DIA Maha Tahu dan Maha Menyayangi kita sebagai seorang perempuan, lalu apa yang menghalangimu untuk mentaatinya? ..
.. Dan setan apa yang merasukimu hingga harus berjuang penuh peluh untuk adanya “kesetaran jender” yang absurd itu. Ingatlah, bahwa bukan dunia semata yang kita tuju, tapi ada dimensi lain yang membuat kita butuh untuk mematuhi ketentuanNya … dan itulah negeri akhirat …
.... Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan ....