Siapa yang tidak suka minum susu? Sebagian orang memang tidak menyukai aroma dan efek susu yang bikin mual alias enek. Namun mayoritas orang terutama para orangtua meyakini bahwa minum susu sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Susu dalam hal ini susu perahan sapi, adalah minuman sehat berkalsium tinggi. Apalagi untuk usia anak-anak, saat masa pertumbuhan.
Namun yang mengejutkan, satu penelitian menemukan bahwa mengkonsumsi lebih dari tiga gelas susu tidak akan melindungi tulang dan gigi kita, tapi justru dapat meningkatkan peradangan yang berdampak pada rusaknya sel-sel dalam tubuh. Ini terjadi karena kandungan gula dan bahan kimia yang ada dalam susu.
Pernyataan soal berbahayanya kandungan susu itu dikuatkan oleh David Ludwig, seorang profesor Universitas Harvard dalam makalah yang diterbitkan oleh "Journal of American Medical Association Pediatrics.” Dalam makalah yang mempertanyakan nilai gizi susu bagi manusia itu, Ludwig menyatakan minum susu tidak dapat mencegah masalah patah tulang pada orang dewasa. Bagi anak-anak susu mengandung gula tinggi, bila ditambah cookies memungkinkan kadar gula dalam seporsi makanan anak-anak menjadi terlalu tinggi.
Dibalik itu semua, banyaknya bunda yang bergantung kepada susu formula membuat kasus ini menjadi berita hangat bukan hanya di Indonesia, tapi juga luar negeri. Hal ini wajib menjadi perhatian para orang tua khususnya bunda. Berikut rangkuman penjelasan tentang bahaya susu yang diambil dari sumber utama buku seorang ahli usus Dr.Hiromi Shinya penulis buku The Miracle of enzim, dengan didukung beberapa sumber lain :
1. Susu Formula yang mahal tidak selalu baik
Adanya anggapan bahwa dengan memberikan Susu formula terutama yang mahal Ibu sudah memberikan yang terbaik bagi buah hati. Bahkan beberapa memberikannya pada bayi umur dibawah 6 bulan. Padahal Pemerintah melalui peraturan (Permenkes) No. 450/2004, bayi sampe umur 6 bulan TIDAK BOLEH diberi susu formula. Bila Dibanding ASI, Berbagai penelitian telah membuktikan berbagai keunggulan tak terbantahkan mengenai manfaat pemberian ASI. Mulai dari pertumbuhan fisik yang sempurna, perkembangan kecerdasan yang pesat, hingga kematangan emosional seorang anak, terpacu berkat ASI eksklusif enam bulan.
2. Susu sapi, apalagi yang telah menjadi bubuk (susu formula) adalah makanan terburuk
Pakar Enzim dari Jepang Dr. Hiromi Sinya menerangkan bahwa tidak ada makanan yang lebih sulit dicerna daripada susu sapi. Karena susu sapi adalah zat cair yang encer, sebagian orang meminumnya bagaikan air saat mereka haus. Ini sebuah kesalahan besar. Kasein, yang membentuk kira-kira 80% dari protein yang terdapat dalam susu sapi, langsung menggumpal menjadi satu begitu memasuki lambung sehingga mencernanya menjadi sangat sulit. Terlebih lagi, dalam susu sapi yang dijual di toko, komponen tersebut telah dihomogenisasi. Susu sapi, yang mengandung banyak zat lemak teroksidasi, mengacaukan lingkungan dalam usus, meningkatkan jumlah bakteri jahat dan menghancurkan keseimbangan flora bakteri dalam usus kita. Sebagai akibatnya, racun-racun seperti radikal bebas, hidrogen sulfida, dan amonia diproduksi dalam usus. Dan ternyata, beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa susu sapi tidak hanya menyebabkan berbagai alergi, tetapi juga dihubungkan dengan diabetes dan leukemia pada anak-anak.
3. Penelitian Tahun 2002, FDA (Food and Drug Administration), badan POM Amerika Serikat memperingatkan bahwa BAKTERI ENTEROBACTER SAKAZAKI bisa terdapat pada susu bayi
FDA berpendapat bahwa susu bubuk bukanlah produk komersil yang steril, dan pada beberapa tahun kemudian di Indonesia IPB menemukan bahwa banyak merk susu formula ditemukan bakteri sakazaki. Padahal kuman yang terdapat dalam susu bisa menyebabkan sepsis (infeksi luas di seluruh tubuh), meningitis (radang selaput otak), ataupun necrotising enterocolitis (infeksi usus) dengan case-fatality (tingkat kefatalan) rata-rata 33%.
4. Kandungan dalam susu dapat merusak struktur jaringan tulang
Mengapa anak sekarang mudah merasa pegal-pegal? Kadar kalsium dalam darah manusia biasanya terpatok pada 9-10 mg. Namun, saat minum susu sapi, konsentrasi kalsium dalam darah anda tiba-tiba meningkat. Walaupun sepintas lalu hal ini mungkin terlihat seperti banyak kalsium telah terserap, peningkatan jumlah kalsium dalam darah ini memiliki sisi buruk. Ketika konsentrasi kalsium dalam darah tiba-tiba meningkat, tubuh berusaha untuk mengembalikan keadaan abnormal ini menjadi normal kembali dengan membuang kalsium dari ginjal melalui urine. Hasilnya sungguh ironis, yaitu menurunnya jumlah kalsium dalam tubuh anak anda secara keseluruhan. Dari empat negara susu sapi besar–Amerika, Swedia, Denmark, dan Finlandia–di negara yang banyak sekali mengonsumsi susu sapi setiap harinya, ditemukan banyak kasus retak tulang panggul.
5. Apakah hanya susu satu-satunya sumber kalsium?
Tulang menjadi kuat Bukan Semata-mata Hanya Karena Kalsium. Melainkan kita perlu mengasup Magnesium, Seng (Zinc), Boron, Mangaan, Provitamin D-3, dll.
Nenek moyang kita sebelum mengenal pabrik susu tidak pernah menderita patah tulang akibat keropos sebelum waktunya. mengapa? sekali lagi, mereka mengonsumsi makanan alam yang dikunyah, yang juga memperkuat tulang selepas susu ibu di atas 2 tahun!
Kalsium pada susu yang bukan ASI, TIDAK DIKENAL oleh tubuh manusia. Oleh karenanya bersifat “Non-bio-available”- jadi, bukannya membuat tulang lebih kuat, malah kalsium akan ‘nyasar’ ke tempat yang salah… dan tempat yang paling sering menjadi sasaran pendaratan kalsium adalah dinding pembuluh darah.
Bukannya mendapatkan manfaat positif dari susu, malah mendapat bonus penyakit yang sangat tidak menyenangkan: penebalan dinding pembuluh darah dan segala akibatnya (sebagaimana telah dipaparkan dalam salah satu jurnal kedokteran anak oleh Dr. Frank Oski, Upstate Medical Center Department of Pediatrics, USA).
6. Alam tidak menyediakan susu apa pun selain ASI untuk konsumsi manusia
Menurut dr. Tan Shot Yen, seorang ikon dunia kesehatan kelas utama di Indonesia, kita perlu belajar dari hewan menyusui. Bahwa susu hanya cocok sebagai “makanan antara”, ketika bayinya belum sanggup mengunyah dan mencerna.
Begitu bisa tegak, berjalan, mencari makan dan mampu mengunyah makanan padat, maka Susu Bukan Lagi Konsumsi Alamiahnya. "Saya tidak menyamakan manusia dengan hewan menyusui, tapi kita perlu belajar dari alam, fakta dan menyadari berbagai unsur permainan “kepentingan yang lain” di balik jargon kesehatan yang hanya dipakai untuk nilai jual" begitu ungkapnya.
Faktanya, enzim pencernaan manusia untuk mencerna susu juga sudah mulai menyusut pada usia 2-3 tahun. Berbarengan dengan itu, gigi manusia pun Sudah Komplit di usia 2 tahun. Aha! Cocok, bukan? Lepas dari susu, kunyah makanan padatnya!
7. Susu sapi hanya untuk generasi penerus sapi
Masih menurut dr. Tan Shot Yen, susunan yang terkandung dalam susu sapi sama sekali tidak cocok untuk manusia. Sekali lagi, komposisi susu sapi hanya untuk membuat anak-anak sapi gemuk, bertulang besar, tidak perlu pandai apalagi menikmati umur panjang.
Susu sapi alami sama sekali tidak cocok untuk manusia. Karena “dipaksakan” supaya cocok, maka agar tidak mengandung bakteri, manusia melakukan sterilisasi susu antara lain dengan pasteurisasi – efek sampingnya? semua zat gizi susu rusak total (karena itu setelah proses sterilisasi perlu diimbuhkan berbagai zat dari luar supaya kelihatan “bergizi”-proses pasca sterilisasi inilah membuat ‘menyusup’nya bakteri.
Dari penjelasan ini, ibu mestinya mulai mengambil sikap untuk meminimalisir konsumsi susu formula. Dan lebih memfokuskan anak untuk makan-makanan yang bergizi. Karena makan yang alami lebih memberikan nutrisi yang takarannya pas untuk tubuh. Nutrisi alami sesungguhnya banyak terdapat dialam. Sebut saja minyak ikan, madu, buah-buahan dsb. Tentu ibu harus kreatif untuk mengkombinasi menu sehingga anak tidak bosan.
Seringkali seorang ibu tidak tega melihat anaknya menangis karena meminta susu. Banyak kasus lain seorang anak lebih suka minum susu ketimbang makan. Kasus demikian bisa diterapi dengan menghentikan sedikit-demi sedikit susu formula si anak. Dengan demikian otomatis ketika lapar si anak lebih mudah untuk makan.
Menciptakan tubuh sehat si buah hati adalah dambaan kita semua. Bijaklah dalam memilih suatu produk, teliti dengan benar setiap kandungan yang ada dalam asupan si kecil. Berikan konsumsi gizi yang seimbang, dengan takaran yang pas dan tidak berlebihan.