Sejarah Al-Quran memang patut kita ketahui. Hal ini sebagai salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk menanamkan cinta di hati terhadap Al-Quran.
KINI tak sedikit orang yang mulai lupa terhadap keberadaan Al-Quran. Padahal, Al-Quran adalah salah satu selain sunnah Rasulullah ﷺ yang bisa kita jadikan sebagai sumber kehidupan. Segala permasalahan hidup dapat kita atasi dengan mempelajari Al-Quran. Sebab, Al-Quran adalah kunci dari penyelesaian masalah.
Al-Quran hadir sebagai petunjuk. Jika petunjuk itu tidak kita gunakan, apakah kita bisa tahu mana jalan yang benar? Kalau pun bisa, itu berkat ridha Allah SWT. Tapi, sedikit sekali bahkan mungkin tidak akan ada orang yang selamat jika tidak mempelajari petunjuknya.
Oleh sebab itulah, jika kita ingin selamat dalam menjalankan kehidupan ini, pelajarilah Al-Quran. Baca dan pahami makna dari Al-Quran. Cintai Al-Quran sebagaimana kita mencintai orang-orang terkasih. Bagaimana caranya?
Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Quran, yakni dengan mengetahui sejarahnya. Dan hal ini bisa kita terapkan kepada anak-anak kita. Anak pasti senang bila disuguhi cerita. Bahkan, tidak hanya anak, orang dewasa pun demikian. Terlebih jika gaya penyampaian ceritanya menarik.
Kita merujuk sirah yang shahih, agar kisah yang hendak kita sampaikan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Al-Quran adalah kalamullah, firman Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ dengan perantara malaikat Jibril. Al-Quran pertama kali diturunkan di gua Hira pada bulan Ramadhan. Surat yang pertama kali turun adalah Al-Alaq: 1-5.
Rasulullah ﷺ yang telah terbiasa merenung di gua Hira, tiba-tiba didatangi sosok berpakaian putih yang berkata, “Bacalah!”
Karena tidak mengetahui apa yang mesti dibaca, beliau ﷺ pun menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Sosok misterius itu kembali berkata, “Bacalah!”
Beliau ﷺ pun kembali menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Karena jawaban beliau ﷺ tetap seperti semula, sesosok misterius itu kemudian memeluk dan mengajarinya hingga mahir. “Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya,” (QS. Al-Alaq: 1-5).
Sejak itulah, Muhammad ﷺ resmi diangkat oleh Allah SWT menjadi nabi dan Rasul-Nya. Usia beliau ﷺ saat itu 40 tahun. Setelah mengalami kejadian itu, beliau ﷺ pulang ke rumah dalam kondisi menggigil, hingga minta diselimuti oleh istrinya, Khadijah, dan seterusnya dan seterusnya.
Semakin menarik gaya penyampaian kita dalam mengisahkannya, insya Allah akan menanamkan rasa cinta di hati anak terhadap Al-Quran.
(Sumber:islampos.com)