Setahun lalu, tepatnya tanggl 17 Febuari 2014, tiba-tiba tanah di Kampung Gombong, RT 2/3, Desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur, Jawa Barat, bergerak tanpa arah.
Suara gemuruh dari tanah yang terbelah dan terangkat ke permukaan menghancurkan rumah diatasnya.
Kepanikan warga saat itu tidak terhindarkan lagi.
Para orang tua dan anak-anak berlarian menyelamatkan diri sambil berteriak Allahu Akbar.
Sebanyak rumah dari 84 kepala keluarga, hancur, sebagian rata dengan tanah.
"Awalnya dari belakang rumah pak lurah, di tebing itu, tanahnya longsor, kedengaran kaya suara bom. Saat itu seperti kiamat" kata Wawan seorang warga kepada TribunnewsBogor.com, Minggu (20/12/2015).
Secara perlahan, tanah yang tidak lagi rata, mengangkat permukaan rumah.
"Semuanya kena, tidak ada yang utuh, rumah saya saja hancur," kata petani tersebut.
Panik, takut, dan bingung untuk tinggal dimana melanda seluruh warga.
Walau tidak memakan korban jiwa, namun, bencana pergeseran tanah itu meratakan bangunan rumah dengan tanah.
Selang satu tahun lebih, kampung ini sekarang sepi dan tak bertuan.
Suasana seram saat menginjakan kaki di kampung ini begitu terasa.
Sisa-sisa bangunan yang hampir tidak berbentuk lagi menjadi saksi peristiwa mencekam itu.
Hanya sebuah masjid yang kondisinya sudah miring selamat dalam musibah itu.
"Dulu mah ramai, terang disini tehh, cuma sekarang sepi, gelap, cuma keingat suara pas kejadian saja," kata Wawan.
Wawan bersama beberapa warga lain, malah nekat kembali ke kampung yang dinyatakan tidak layak lagi ditinggali karena tanah permukaan yang rentan.
"Dari kejadian itu, sampai sekarang, tidak ada lagi tuh, saya bosan tinggal di penampungan, makanya pindah lagi kesini," katanya.
Berbeda lagi dengan Ola bin Nailan (70), kakek yang ditinggal anak-anaknya ini, nekat membangun kembali rumahnya.
"Di huntara (hunian sementara) tidak bisa bertani, disini rumah saya, saya tidak mau kemana-mana," kata Ola.
Baik Wawan dan Ola berdoa semoga kejadian menakutkan itu tidak terjadi lagi.
"Semoga kita dijauhkan dari kejadian itu lagi, rasanya seperti kiamat kecil," ucap Ola sambil memandang lahan kampungnya yang menyedihkan.
(Sumber:http://bogor.tribunnews.com)