Trump Ingin Data Penduduk Muslim, Perusahaan Teknologi Menolak
KOMPAS.com - Bukan rahasia lagi bahwa presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump gemar mengedepankan sikap diskriminatif terdapat golongan tertentu. Pada November 2015 dahulu misalnya, dia menyampaikan bakal membangun sistem berisi database (register) penduduk Muslim di AS.
Sistem yg kabarnya bakal dibikin melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan teknologi di Silicon Valley itu disebut mulai bisa melacak lokasi dan kegiatan orang-orang yg terdaftar di dalamnya.
Tapi sejauh ini belum ada perusahaan teknologi di Silicon Valley yg menyatakan setuju dengan wacana register Muslim tersebut. Apple, misalnya, terang-terangan menolak perlakuan diskriminatif berdasarkan kepercayaan.
“Kami pikir orang-orang harus diperlakukan sama, bagaimanapun cara ibadah mereka, rupa mereka, atau siapa yg mereka cintai. Kami belum diminta (membuat register Muslim) dan mulai menetang upaya semacam itu,” sebut Apple dalam sebuah pernyataan yg dirangkum KompasTekno dari Buzzfeed, Selasa (20/12/2016).
Senada dengan Apple, raksasa-raksasa teknologi yang lain seperti Google, IBM, Microsoft, dan Facebook turut menyampaikan belum mendapat permintaan buat bantu membuat register Muslim dan menyatakan tidak mau turut serta. Sementara, Uber menjawab singkat dengan sesuatu kata, merupakan “Tidak”.
Baca: 5 Isu yg Dihadapi Perusahaan Teknologi Setelah Trump Jadi Presiden
“Perusahaan kita milik sejarah panjang menentang diskriminasi terhadap siapa pun atas dasar perbedaan ras, gender, orientasi seksual, atau agama. Perspektif ini tak mulai berubah,” ujar seorang juru bicara IBM.
Usulan register Muslim Trump mirip dengan program serupa bernama National Security Entry-Exit Registration System (NSEERS) yg muncul pasca serangan teror 9/11 tahun 2001.
Ketika itu, NSEERS mengharuskan ribuan warga Arab dan Muslim yg berada di AS agar mendaftarkan diri. NSEERS dibubarkan pada 2011 setelah dikritik menarget imigran dari negara mayoritas Muslim secara tak adil.
Sebelum diklarifikasi secara resmi oleh perusahaan-perusahan teknologi yg bersangkutan, sebanyak 1.300 pegawai di Silicon Valley sudah lebih lalu berikrar tak mulai menolong membikin register Muslim. Para pegawai ini berasal dari berbagai perusahaan, termasuk Google, Apple, Amazon, Uber, IBM, dan Oracle.
Baca: Trump Presiden AS, Silicon Valley Ingin Pisah dan Jadi Negara Sendiri
Sumber: